Komisi X: Jangan Lupakan Museum, Jangan Sampai Sejarah Terlupakan
Wakil Ketua Komisi X DPR RI Maria Yohanan Esti Wijayati, bersama tim saat Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPRI ke UPT Museum Daerah Provinsi NTT, Kota Kupang, NTT. Foto: Saum/vel
PARLEMENTARIA, Kupang - Wakil Ketua Komisi X DPR RI Maria Yohanan Esti Wijayati menyoroti pentingnya museum sebagai ruang edukasi sejarah dan budaya. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya perhatian pemerintah terhadap keberadaan museum, yang hingga kini belum menjadi prioritas utama.
“Museum adalah bagian dari proses perjalanan peradaban yang harus dipelajari. Kita tidak boleh melupakan leluhur dan peninggalan budaya yang menjadi identitas kita sebagai bangsa,” ujar Esti usai memimpin agenda Kunjungan Kerja Reses Komisi X DPRI ke UPT Museum Daerah Provinsi NTT, Kota Kupang, NTT, Sabtu (7/12/2024).
Dirinya juga menyoroti keterbatasan anggaran yang menjadi salah satu hambatan utama dalam pengelolaan museum. Ia mencatat bahwa alokasi dana untuk museum melalui APBN 2023 hanya mencapai Rp13 miliar. Jumlah ini, menurutnya, dinilai jauh dari cukup untuk mendukung pengembangan dan pemeliharaan museum di seluruh Indonesia, termasuk di Kupang.
“Saat ini museum belum dianggap prioritas, padahal hakikat nilai yang dikandungnya sangat penting. Keberadaan museum harusnya menjadi tempat belajar dan refleksi, baik untuk generasi muda maupun masyarakat umum,” tegasnya.
Dalam kunjungannya, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu juga mempertanyakan status pemeliharaan koleksi museum yang dinilai kurang maksimal. Ia menyampaikan catatan tegas soal kebijakan rotasi koleksi yang dilakukan setiap lima tahun sekali, yang dianggap membatasi akses publik terhadap kekayaan sejarah dan budaya yang ada di museum.
“Kenapa koleksi tidak ditampilkan semua? Apakah ruangannya kurang? Kalau begitu, seharusnya pemerintah memikirkan penambahan ruang pamer, bukan membatasi pengunjung untuk menikmati sejarah yang dimiliki,” ujarnya.
Oleh karena itu, Esti mengajak pemerintah daerah untuk lebih memprioritaskan pengelolaan museum. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam memastikan museum tidak hanya menjadi tempat penyimpanan benda bersejarah, tetapi juga ruang pembelajaran yang hidup.
“Museum harus diposisikan sebagai bagian penting dari pendidikan. Dinas pendidikan, baik di tingkat pusat maupun daerah, perlu mengintegrasikan kunjungan ke museum sebagai bagian dari kurikulum, agar anak-anak kita bisa lebih memahami sejarah dan budaya bangsa,” imbuhnya.
Menutup pernyataannya, dirinya berharap agar museum di Kupang bisa menjadi contoh pengelolaan museum yang baik, dengan dukungan anggaran yang memadai serta inovasi dalam penyajian koleksi. Ia pun mendorong masyarakat Kupang untuk lebih peduli terhadap keberadaan museum sekaligus memandangnya sebagai aset penting yang harus dijaga bersama.
“Museum adalah cermin perjalanan bangsa. Jika kita tidak merawatnya, kita akan kehilangan identitas dan pijakan dalam melangkah ke masa depan. Saya berharap, museum di Kupang ini bisa menjadi ruang yang membanggakan bagi masyarakat Nusa Tenggara Timur,” tutup Esti. (ums/aha)